Mga nii crta ada manfaatnya :)
Malam ini, tepat tengah malam, Rika duduk termenung memandangi langit yang bertabur bintang. Sebentar lagi pagi akan tiba dan hari akan berganti. Seperti malam-malam sebelumnya, Rika mengenang masa-masa indahnya bersama sahabat karibnya yang bernama Mira.
Sejak kecil Rika dan Mira selalu bermain bersama. Mereka melewati masa kecil mereka dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan. Mereka memiliki kegemaran yang sama, yaitu bersepeda dan melihat bintang. Tak jarang mereka menghabiskan malam bersama dengan menatap keindahan bintang yang menghiasi langit malam. Mereka juga sering bersepeda bersama-sama. Namun semua itu hanya tinggal sebuah kenangan indah bagi Rika.
Mira telah pergi jauh dan Rika tidak pernah lagi bertemu dengannya. Mira pergi tanpa sepatah kata atau pun ucap perpisahan. Sakit rasanya kehilangan orang yang berharga dalam hidup. Kini, Rika hanya bisa menangis setiap kali menatap langit malam dan mengenang saat-saat mereka bersama. Rika selalu memohon pada Tuhan dan berharap agar mereka bisa bertemu kembali.
Suatu malam, seperti biasa, Rika menatap keindahan bintang dilangit malam sambil merasakan sejuknya angin malam yang cerah di teras lantai dua rumahnya. Tiba-tiba mata Rika tertuju pada sesosok bayangan yang muncul dibawah cahaya bulan. Cahaya bulan yang memantul lewat besi sepedanya, cukup menyilaukan Rika dan menyadarkan Rika akan kehadirannya. Sambil mendorong sepedanya, orang itu berjalan sambil menatap Rika dan kemudian berlalu.
Sejenak, Rika tertegun. Rika tidak dapat menahan air matanya. Dalam hatinya dia berpikir bahwa Tuhan sedang mempermainkannya. Dia tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa dia dapat kembali bertemu dengan sahabat yang telah lama menghilang dan amat dia rindukan. Rika merasa mengenal orang itu. Orang itu sungguh tak asing baginya. Walau pun samar, namun Rika yakin bahwa dia megenal orang tersebut.
Rika bergegas turun dari teras dan menuju kearah sosok tersebut yang terus melangkah pergi. Rika sangat yakin bahwa baru saja dia melihat Mira. Dia benar-benar sedih melihat Mira menjadi sosok yang dingin. Rika sadar bahwa Mira melihatnya, namun Mira tidak mengucapkan sepatah kata. Bahkan Mira tidak tersenyum dan berlalu begitu saja. Apa yang telah terjadi? Apa yang telah mengubah Mira? Rika benar-benar tidak dapat menahan air matanya.
“Mira, apa kau sudah lupa padaku?” teriak Rika. Namun Mira tetap tidak menjawab dan terus berjalan mendorong sepedanya. Sosok Mira pun segera menghilang, ditelan kegelapan malam, dia berjalan semakin jauh meninggalkan Rika. Rika segera mengambil sepedanya yang tergeletak didepan rumah dan mengejar Mira.
Rika mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi dan penuh harapan untuk bertemu kembali dengan sahabatnya. Rika terus mengayuh sampai menemukan Mira. Namun kali ini Mira tidak lagi mendorong sepedanya, dia mengayuh sepedanya. Rika pun bergegas menuju kesamping Mira untuk memastikan dirinya bahwa orang itu adalah Mira. Ternyata dia benar, orang itu adalah Mira, sahabat lamanya.
Tiba-tiba Mira mengayuh sepedanya lebih cepat. “Mira tunggu” sahut Rika sambil mengejar Mira.
Mira sungguh amat cepat, Rika tidak akan dapat mengejar Mira jika dia tidak mempercepat langkahnya. Rika pun mempercepat kayuhannya dan menyusul Mira. Rika mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba dari samping Rika ada seseorang yang menyusul Rika dan menghalangi jalannya. Rika segera menghentikan laju sepedanya. Kilau cahaya bulan yang terpantul lewat besi sepeda orang itu membuat Rika tak dapat melihat wajah orang itu. Tak lama kemudian, terdengar suara orang yang terpelanting keras. Rika segera tersadar dan berlari menuju arah suara itu dan dia menemukan Mira tergeletak berlumuran darah disana.
Rika segera berlari menghampiri Mira. Namun tiba-tiba dari belakang, seseorang menarik baju Rika agar Rika tidak menghampiri Mira. “Jangan Rika” sahut orang itu. Rika segera mengenali suara itu. Suara Mira. Rika segera menoleh kearah suara itu. “Mira?” sahut Rika. Orang itu sama sekali tidak menjawab dan hanya tersenyum.
“Mira” panggil Rika sambil menangis dan menghampiri Mira dan memeluknya sambil menangis. “Kenapa kamu pergi begitu saja? Tahukah kamu kalau aku sangat merindukanmu disini?” tanya Rika. Namun orang itu kembali membisu dan tersenyum kemudian menghilang bagai ditelan oleh malam.
Rika bagaikan kehilangan kesadaran, pandangannya menghilang dan dia terjatuh. Begitu tersadar dia telah berada dikamarnya dan hari telah pagi.
Perlahan dia membuka matanya dan memandang kesekeliling kamarnya. “Apakah aku hanya bermimpi? Namun mengapa semua terlihat begitu nyata?” gumamnya.
Perlahan, dia menapakkan kakinya dan dia berjalan keluar. Dia menuju teras dan merenggangkan semua otot-ototnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada satu arah. Sepedanya. Dia ingat bahwa dia tidak meletakkan sepedanya didalam rumah, terlebih lagi dia melihat ada yang aneh dengan sepeda itu. Dia ingat, kalau dia telah mencuci sepeda itu. Namun sepeda itu terlihat kotor, seperti telah digunakan oleh seseorang.
Dia sangat yakin, ayah dan ibunya tidak mungkin menggunakan sepeda tersebut, karena ayahnya sedang dinas keluar negeri dan ibunya tidak dapat mengendarai sepeda. Dan dikeluarga ini, dia adalah anak tunggal.
Merasa ada sesuatu yang aneh, dia segera turun. Kemudian dia mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Dia pun bergegas menuju tempat Mira jatuh. Namun dia tidak menemukan apa-apa. Namun tempat ini tak asing baginya. Di tempat ini tertinggal sebuah kenangan. Kenangan yang tidak akan pernah dia lupakan.
Rika terdiam sejenak memandang sekeliling, merasakan udara yang ada disekitarnya. Tak lama kemudian, Rika menutup matanya. Menghirup udara yang berhembus. Merasakan belaian angin yang membelai kulitnya dengan lembut. Perlahan tapi pasti, Rika menangis seperti hari itu. Hari dimana dia berpisah dengan sahabatnya.
“Mira. Aku tidak tahu, harus bagaimana? Apa yang harus aku perbuat? Aku benar-benar berharap kita bisa bertemu kembali, bermain dan tertawa bersama. Banyak hal ingin aku ceritakan. Banyak hal ingin aku bagi bersamamu. Namun mungkin semua itu hanya mimpi bagiku. Namun aku ingin kau tahu, bahwa persahabatan kita akan abadi selamanya” ucap Rika dengan penuh kesedihan.
“Apakah kau mendengarku? Bisakah kau mendengarku? Aku ingin sekali mendengar suaramu. Aku benar-benar ingin bertemu kembali dengan mu” harap Rika.
“Mengapa kau pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam perpisahan? Tanpa sepatah kata? Kenapa kau pergi begitu saja?” teriak Rika.
Tempat ini adalah tempat dimana Mira meninggal sepuluh tahun lalu karena jatuh dari tikungan dan menabrak pembatas jalan karena tidak dapat menghentikan laju sepedanya. Saat itu, Rika dan Mira sedang berlomba menuju kerumah. Namun sungguh malang nasib Mira, rem sepedanya tidak dapat digunakan. Mira mati seketika karena kepalanya terbentur keras. Dia mati berlumuran darah. Hari itu menjadi hari terakhir Rika bertemu dengan Mira.
Rika tahu bahwa sahabat terbaiknya telah menyelamatkan nyawanya tadi malam. Dialah yang telah menolong Rika agar tidak melaju lebih jauh lagi.
Seandainya Mira tidak menghentikannya, maka Rika pasti sudah tidak berdiri disini sekarang. Walau pun Mira telah berada jauh disana, namun Mira pasti tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Rika.
Persahabatan dua anak manusia yang tak terpisahkan oleh dunia. Walau pun mereka tidak lagi berada didunia yang sama dan Mira tidak lagi dapat menemani Rika, namun Mira akan selalu menjaga Rika dari sana dan Mira akan selalu ada didalam hati Rika dan menjadi sebuah kenangan yang takkan dia lupakan sampai dia bisa kembali bertemu dengan Mira.
Inilah makna sahabat yang sesungguhnya, sahabat yang tidak akan terpisahkan oleh waktu dan dimensi. Sahabat yang selalu ada dalam hati dan selalu ada saat kita sedang jatuh terpuruk. Walau pun tanpa sebuah kata, namun kehadirannya selalu dapat menjadi sebuah harta yang tak ternilai.
Aqo sayang taman qoh,..
Sejak kecil Rika dan Mira selalu bermain bersama. Mereka melewati masa kecil mereka dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan. Mereka memiliki kegemaran yang sama, yaitu bersepeda dan melihat bintang. Tak jarang mereka menghabiskan malam bersama dengan menatap keindahan bintang yang menghiasi langit malam. Mereka juga sering bersepeda bersama-sama. Namun semua itu hanya tinggal sebuah kenangan indah bagi Rika.
Mira telah pergi jauh dan Rika tidak pernah lagi bertemu dengannya. Mira pergi tanpa sepatah kata atau pun ucap perpisahan. Sakit rasanya kehilangan orang yang berharga dalam hidup. Kini, Rika hanya bisa menangis setiap kali menatap langit malam dan mengenang saat-saat mereka bersama. Rika selalu memohon pada Tuhan dan berharap agar mereka bisa bertemu kembali.
Suatu malam, seperti biasa, Rika menatap keindahan bintang dilangit malam sambil merasakan sejuknya angin malam yang cerah di teras lantai dua rumahnya. Tiba-tiba mata Rika tertuju pada sesosok bayangan yang muncul dibawah cahaya bulan. Cahaya bulan yang memantul lewat besi sepedanya, cukup menyilaukan Rika dan menyadarkan Rika akan kehadirannya. Sambil mendorong sepedanya, orang itu berjalan sambil menatap Rika dan kemudian berlalu.
Sejenak, Rika tertegun. Rika tidak dapat menahan air matanya. Dalam hatinya dia berpikir bahwa Tuhan sedang mempermainkannya. Dia tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa dia dapat kembali bertemu dengan sahabat yang telah lama menghilang dan amat dia rindukan. Rika merasa mengenal orang itu. Orang itu sungguh tak asing baginya. Walau pun samar, namun Rika yakin bahwa dia megenal orang tersebut.
Rika bergegas turun dari teras dan menuju kearah sosok tersebut yang terus melangkah pergi. Rika sangat yakin bahwa baru saja dia melihat Mira. Dia benar-benar sedih melihat Mira menjadi sosok yang dingin. Rika sadar bahwa Mira melihatnya, namun Mira tidak mengucapkan sepatah kata. Bahkan Mira tidak tersenyum dan berlalu begitu saja. Apa yang telah terjadi? Apa yang telah mengubah Mira? Rika benar-benar tidak dapat menahan air matanya.
“Mira, apa kau sudah lupa padaku?” teriak Rika. Namun Mira tetap tidak menjawab dan terus berjalan mendorong sepedanya. Sosok Mira pun segera menghilang, ditelan kegelapan malam, dia berjalan semakin jauh meninggalkan Rika. Rika segera mengambil sepedanya yang tergeletak didepan rumah dan mengejar Mira.
Rika mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi dan penuh harapan untuk bertemu kembali dengan sahabatnya. Rika terus mengayuh sampai menemukan Mira. Namun kali ini Mira tidak lagi mendorong sepedanya, dia mengayuh sepedanya. Rika pun bergegas menuju kesamping Mira untuk memastikan dirinya bahwa orang itu adalah Mira. Ternyata dia benar, orang itu adalah Mira, sahabat lamanya.
Tiba-tiba Mira mengayuh sepedanya lebih cepat. “Mira tunggu” sahut Rika sambil mengejar Mira.
Mira sungguh amat cepat, Rika tidak akan dapat mengejar Mira jika dia tidak mempercepat langkahnya. Rika pun mempercepat kayuhannya dan menyusul Mira. Rika mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba dari samping Rika ada seseorang yang menyusul Rika dan menghalangi jalannya. Rika segera menghentikan laju sepedanya. Kilau cahaya bulan yang terpantul lewat besi sepeda orang itu membuat Rika tak dapat melihat wajah orang itu. Tak lama kemudian, terdengar suara orang yang terpelanting keras. Rika segera tersadar dan berlari menuju arah suara itu dan dia menemukan Mira tergeletak berlumuran darah disana.
Rika segera berlari menghampiri Mira. Namun tiba-tiba dari belakang, seseorang menarik baju Rika agar Rika tidak menghampiri Mira. “Jangan Rika” sahut orang itu. Rika segera mengenali suara itu. Suara Mira. Rika segera menoleh kearah suara itu. “Mira?” sahut Rika. Orang itu sama sekali tidak menjawab dan hanya tersenyum.
“Mira” panggil Rika sambil menangis dan menghampiri Mira dan memeluknya sambil menangis. “Kenapa kamu pergi begitu saja? Tahukah kamu kalau aku sangat merindukanmu disini?” tanya Rika. Namun orang itu kembali membisu dan tersenyum kemudian menghilang bagai ditelan oleh malam.
Rika bagaikan kehilangan kesadaran, pandangannya menghilang dan dia terjatuh. Begitu tersadar dia telah berada dikamarnya dan hari telah pagi.
Perlahan dia membuka matanya dan memandang kesekeliling kamarnya. “Apakah aku hanya bermimpi? Namun mengapa semua terlihat begitu nyata?” gumamnya.
Perlahan, dia menapakkan kakinya dan dia berjalan keluar. Dia menuju teras dan merenggangkan semua otot-ototnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada satu arah. Sepedanya. Dia ingat bahwa dia tidak meletakkan sepedanya didalam rumah, terlebih lagi dia melihat ada yang aneh dengan sepeda itu. Dia ingat, kalau dia telah mencuci sepeda itu. Namun sepeda itu terlihat kotor, seperti telah digunakan oleh seseorang.
Dia sangat yakin, ayah dan ibunya tidak mungkin menggunakan sepeda tersebut, karena ayahnya sedang dinas keluar negeri dan ibunya tidak dapat mengendarai sepeda. Dan dikeluarga ini, dia adalah anak tunggal.
Merasa ada sesuatu yang aneh, dia segera turun. Kemudian dia mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Dia pun bergegas menuju tempat Mira jatuh. Namun dia tidak menemukan apa-apa. Namun tempat ini tak asing baginya. Di tempat ini tertinggal sebuah kenangan. Kenangan yang tidak akan pernah dia lupakan.
Rika terdiam sejenak memandang sekeliling, merasakan udara yang ada disekitarnya. Tak lama kemudian, Rika menutup matanya. Menghirup udara yang berhembus. Merasakan belaian angin yang membelai kulitnya dengan lembut. Perlahan tapi pasti, Rika menangis seperti hari itu. Hari dimana dia berpisah dengan sahabatnya.
“Mira. Aku tidak tahu, harus bagaimana? Apa yang harus aku perbuat? Aku benar-benar berharap kita bisa bertemu kembali, bermain dan tertawa bersama. Banyak hal ingin aku ceritakan. Banyak hal ingin aku bagi bersamamu. Namun mungkin semua itu hanya mimpi bagiku. Namun aku ingin kau tahu, bahwa persahabatan kita akan abadi selamanya” ucap Rika dengan penuh kesedihan.
“Apakah kau mendengarku? Bisakah kau mendengarku? Aku ingin sekali mendengar suaramu. Aku benar-benar ingin bertemu kembali dengan mu” harap Rika.
“Mengapa kau pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam perpisahan? Tanpa sepatah kata? Kenapa kau pergi begitu saja?” teriak Rika.
Tempat ini adalah tempat dimana Mira meninggal sepuluh tahun lalu karena jatuh dari tikungan dan menabrak pembatas jalan karena tidak dapat menghentikan laju sepedanya. Saat itu, Rika dan Mira sedang berlomba menuju kerumah. Namun sungguh malang nasib Mira, rem sepedanya tidak dapat digunakan. Mira mati seketika karena kepalanya terbentur keras. Dia mati berlumuran darah. Hari itu menjadi hari terakhir Rika bertemu dengan Mira.
Rika tahu bahwa sahabat terbaiknya telah menyelamatkan nyawanya tadi malam. Dialah yang telah menolong Rika agar tidak melaju lebih jauh lagi.
Seandainya Mira tidak menghentikannya, maka Rika pasti sudah tidak berdiri disini sekarang. Walau pun Mira telah berada jauh disana, namun Mira pasti tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Rika.
Persahabatan dua anak manusia yang tak terpisahkan oleh dunia. Walau pun mereka tidak lagi berada didunia yang sama dan Mira tidak lagi dapat menemani Rika, namun Mira akan selalu menjaga Rika dari sana dan Mira akan selalu ada didalam hati Rika dan menjadi sebuah kenangan yang takkan dia lupakan sampai dia bisa kembali bertemu dengan Mira.
Inilah makna sahabat yang sesungguhnya, sahabat yang tidak akan terpisahkan oleh waktu dan dimensi. Sahabat yang selalu ada dalam hati dan selalu ada saat kita sedang jatuh terpuruk. Walau pun tanpa sebuah kata, namun kehadirannya selalu dapat menjadi sebuah harta yang tak ternilai.
Aqo sayang taman qoh,..
iya,,sahabat sejati memang gak ada duanya dah,,
BalasHapuswalaupun berbeda tempat,,ttp aj..