Sabtu, 11 Juli 2009

Cinta Membuat Kita Bahagia

Ia tua, bahkan buruk laku dan rupa. Sementara sang
istri tak hanya cantik jelita. Segala yang tampak
sungguh memesona. Tutur kata mesra, perhatian, penuh
kasih sayang serta cinta. Tak heran, semua itu jelas
mengundang beribu tanda tanya.

Sementara, kisah lain tak urung pula membuat rasa
heran mencuat. Ketika laki-laki kaya dan tampan
tersebut ternyata mantap menjalani sebuah tekad.
Padahal, baru saja keraguan itu sesaat menyergap
hatinya saat melihat seorang perempuan yang sungguh
tak sepadan. Namun, segera dibuatnya sebuah keputusan
besar. Sepenggal hati kini telah bertemu dengan
pasangan yang dijanjikan.

Kedua biduk pun dikayuh dalam mahligai cinta. Bahagia,
mengarungi samudera kehidupan. Berbilang usia
pernikahan membuat mereka semakin tampak mesra.
Bertambah guratan keriput juga tak mengurangi rasa
sayang diantaranya. Bahkan, setiap keluarga itu utuh
sepanjang hidup mereka.

Sungguh!!!

Keajaiban cinta kembali menakjubkan manusia. Jika
nalar yang digunakan untuk menilainya, maka itu tiada
guna. Karena cinta pasti menyatukan hati yang
berserakan. Apa jua rupa dan laku pemiliknya. Memang,
Seperti begitulah adanya cinta. Pribadi-pribadi yang
mengagumkan ternyata lahir dari cinta.

Mungkin cinta mereka tak setara di pandangan manusia.
Tetapi, pelaku cinta pasti mengharapkan ganjaran yang
teramat sangat berharga dari Sang Pemiliknya.

Bukankah surga adalah sebuah janji atas ketaatan
seorang istri kepada suaminya? Itulah yang diharapkan
perempuan cantik tersebut ketika berkhidmat kepada
sang suami yang buruk laku dan rupa. Serupa pula yang
dirasakan laki-laki kaya dan tampan. Jiwanya
senantiasa nyaman karena aliran kebaikan yang
dilakukan oleh pasangannya. Mengalir, deras,
berlimpah, menuju sebuah muara, cinta.

Begitulah, kisah cinta mereka ternyata berbuah
bahagia. Segala kekurangan yang ada ternyata
menumbuhkan kebesaran jiwa. Keikhlasan itu membuat
hati lapang menerima sebagaimana apa adanya. Jikalau
pun ada air mata yang mengalir, itu adalah tanda
kearifan. Tawa yang berderai tentu pula karena
sesaknya dada dengan suka cita.

Segala kebaikan terangkum dalam laku dan kata. Tak
heran seluruhnya menghembuskan aura cinta. Benar, bila
ada cinta, bahagia pun purna.

ALlahua'lam bish-shawaab.